Re-generasi Kepemimpinan "GEPEMBRI"
Dalam rapat program kerja Gepembri Klasis Kalbar beberapa waktu lalu. Pengurus masing-masing bidang di Gepembri Klasis Kalbar memaparkan rencana program kerja di bidangnya kepada ketua Gepembri Klasis Kalbar, pada saat masing-masing bidang memaparkan program kerja tersebut, Pdt. Kristison menyampaikan kepada peserta rapat yang hadir, bahwa tema Sinode Gepembri pada saat ini adalah "RE-GENERASI." Dan dalam program kerjanya masing-masing bidang tidak boleh keluar dari tema tersebut.
Dengan tema kepengurusan Sinode Gepembri 5 (lima) tahun mendatang adalah "Re-generasi." Makanya, program kerja Gepembri Klasis Kalbar mengikuti tema besar tersebut dalam rencana kerjanya, supaya satu tujuan dengan sinode Gepembri untuk mencetak generasi Gepembri yang lebih mantap dalam segala hal, terutama mencetak para pemimpin di ruang lingkup Gepembri kedepannya. Aksioma tantang re-generasi kepemimpinan adalah pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang menghasilkan lebih banyak pemimpin berikutnya. Ungkapan ini banyak didengar ataupun diungkapkan oleh kalangan yang banyak bergelut dalam berorganisasi. Bahkan, dalam bukunya berjudul "Spirituality and leadership," Alan E. Nelson menuliskan bahwa, "pemimpin yang gagal untuk melahirkan dan membina para pemimpin lain menghambat pertumbuhan organisasi dan mereka berisiko mengalami gangguan kesehatan karena stres." Sampai sebegitunya menurut pemikiran penulis, bahwa, sampai akan mendapat "GANGGUAN KESEHATAN karena STRES," jika gagal melahirkan & membina para pemimpin.
Mungkin kita sering mendengar ungkapan di atas, akan tetapi kita terkadang tidak ataupun enggan memikirkan dan mempersiapkan hal ini ketika kita menduduki posisi sebagai pemimpin. Bahkan, ada pemimpin-pemimpin yang tidak mau diregenerasikan, karena sedang menikmati posisi yang "nyaman menurutnya." Sikap demikian bukanlah sikap seorang pemimpin sejati. Mengapa kita perlu mempersiapkan pemimpin berikutnya? Bukankah ketika kita mewariskan hal itu berarti kita akan mewariskan hasil perjuangan kita untuk dinikmati orang lain? Pemikiran yang salah.
Ada hal yang menarik, ketika penulis mendengarkan pemaparan ketua Gepembri Klasis Kalbar tentang re-generasi kepemimpinan yang dibicarakan beliau pada saat rapat perencanaan program kerja Gepembri Klasis Kalbar beberapa waktu yang lalu. Jika tidak salah dengar, Ketua Gepembri Klasis Kalbar mengatakan bahwa, "dalam re-generasi pemimpin, sosok figur memang susah untuk dihilangkan, tetapi kita membentuk sebuah sistem untuk mengatur dalam re-generasi kepemimpinan di Gepembri." Berbicara tentang sebuah sistem, penulis sering mengatakan, "manusia menciptakan sebuah sistem dan sistem tersebut akan mengatur manusia, si pembuat sistem tersebut." Dan, mau tidak mau, pasti akan terjadinya re-generasi, karena sudah sistem yang bekerja, bukan lagi dipengaruhi oleh seorang figur. Karena, jika tidak ada figur maka tidak akan ada re-generasi dalam kepemimpinan.
Ada beberapa tahapan dalam mencetak para pemimpin yang baru menurut Alan E. Nelson dalam bukunya Spirituality and leadership. Pertama, kenalilah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin. Pemimpin jarang berkelompok, karena itu kita harus menyeleksi mereka satu persatu. Kedua, sediakan waktu untuk membina hubungan dengan mereka, karena pemimpin muda membutuhkan lebih banyak bimbingan daripada motivasi. Ketiga, latihlah mereka seusai dengan perannya, tugas-tugas kecil untuk dijalankan. Jika mereka sukses, berilah mereka tugas-tugas yang agak lebih besar dan penting. Keempat, beri mereka keleluasaan untuk masuk ke wilayah-wilayah berpengaruh yang cukup berarti. Itulah tahapan-tahapan dari Alan E. Nelson, karena pemimpin berbeda dari pengikut, jadi mencetak para pemimpin di sekitar kita merupakan sebuah proses yang sangat berbeda dari mencetak para pengikut. Semoga bermanfaat.
Dengan tema kepengurusan Sinode Gepembri 5 (lima) tahun mendatang adalah "Re-generasi." Makanya, program kerja Gepembri Klasis Kalbar mengikuti tema besar tersebut dalam rencana kerjanya, supaya satu tujuan dengan sinode Gepembri untuk mencetak generasi Gepembri yang lebih mantap dalam segala hal, terutama mencetak para pemimpin di ruang lingkup Gepembri kedepannya. Aksioma tantang re-generasi kepemimpinan adalah pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang menghasilkan lebih banyak pemimpin berikutnya. Ungkapan ini banyak didengar ataupun diungkapkan oleh kalangan yang banyak bergelut dalam berorganisasi. Bahkan, dalam bukunya berjudul "Spirituality and leadership," Alan E. Nelson menuliskan bahwa, "pemimpin yang gagal untuk melahirkan dan membina para pemimpin lain menghambat pertumbuhan organisasi dan mereka berisiko mengalami gangguan kesehatan karena stres." Sampai sebegitunya menurut pemikiran penulis, bahwa, sampai akan mendapat "GANGGUAN KESEHATAN karena STRES," jika gagal melahirkan & membina para pemimpin.
Mungkin kita sering mendengar ungkapan di atas, akan tetapi kita terkadang tidak ataupun enggan memikirkan dan mempersiapkan hal ini ketika kita menduduki posisi sebagai pemimpin. Bahkan, ada pemimpin-pemimpin yang tidak mau diregenerasikan, karena sedang menikmati posisi yang "nyaman menurutnya." Sikap demikian bukanlah sikap seorang pemimpin sejati. Mengapa kita perlu mempersiapkan pemimpin berikutnya? Bukankah ketika kita mewariskan hal itu berarti kita akan mewariskan hasil perjuangan kita untuk dinikmati orang lain? Pemikiran yang salah.
Ada hal yang menarik, ketika penulis mendengarkan pemaparan ketua Gepembri Klasis Kalbar tentang re-generasi kepemimpinan yang dibicarakan beliau pada saat rapat perencanaan program kerja Gepembri Klasis Kalbar beberapa waktu yang lalu. Jika tidak salah dengar, Ketua Gepembri Klasis Kalbar mengatakan bahwa, "dalam re-generasi pemimpin, sosok figur memang susah untuk dihilangkan, tetapi kita membentuk sebuah sistem untuk mengatur dalam re-generasi kepemimpinan di Gepembri." Berbicara tentang sebuah sistem, penulis sering mengatakan, "manusia menciptakan sebuah sistem dan sistem tersebut akan mengatur manusia, si pembuat sistem tersebut." Dan, mau tidak mau, pasti akan terjadinya re-generasi, karena sudah sistem yang bekerja, bukan lagi dipengaruhi oleh seorang figur. Karena, jika tidak ada figur maka tidak akan ada re-generasi dalam kepemimpinan.
Ada beberapa tahapan dalam mencetak para pemimpin yang baru menurut Alan E. Nelson dalam bukunya Spirituality and leadership. Pertama, kenalilah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin. Pemimpin jarang berkelompok, karena itu kita harus menyeleksi mereka satu persatu. Kedua, sediakan waktu untuk membina hubungan dengan mereka, karena pemimpin muda membutuhkan lebih banyak bimbingan daripada motivasi. Ketiga, latihlah mereka seusai dengan perannya, tugas-tugas kecil untuk dijalankan. Jika mereka sukses, berilah mereka tugas-tugas yang agak lebih besar dan penting. Keempat, beri mereka keleluasaan untuk masuk ke wilayah-wilayah berpengaruh yang cukup berarti. Itulah tahapan-tahapan dari Alan E. Nelson, karena pemimpin berbeda dari pengikut, jadi mencetak para pemimpin di sekitar kita merupakan sebuah proses yang sangat berbeda dari mencetak para pengikut. Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar